Makna Filsafat Bahasa Arab |
Dari masa kemasa, pemuda selalu menjadi sumber perubahan dunia. Banyak hadis Nabi SAW, atau ayat Al-Quran yang mengajak kaum muda bergerak, bangkit membangun masa depan agama, bangsa dan negara. Nabi SAW sendiri sering mengingatkan kaum muda. Ahmad Hasan Karzun mengumpulan dua puluh hadis shohih dan hasan terkait langsung dengan peranan pemuda di masa Rosulullah SAW dalam sebuah kitab Para Pemuda Bersama Petunjuk Nabi SAW. Dr. Muhammad Al-Zuhaili juga menulis kitab Islam dan Kaum Muda. Buku menceritakan peranan pemuda yang begitu penting di dalam membangun sebuah komunitas yang positif.
Ada sebuah kitab klasik, menarik untuk dikaji bersama. Kitab itu berjudul Idhotun Nasiin yang artinya Kebangiktan Kaula Muda. Kitab ibi benar-benar membakar semangat kaum muda untuk bangkit, bergerak. Karena karena masa depan sebuah kaum, bangsa itu akan ditentukan oleh kaum mudanya.
Konon kitab ini pernah dilarang dijaman penjajahan Belanda. Karena isinya mengajak kaum muda untuk bangkit, berjuang, tidak mengenal lelah dan tidak berputus asa. Bisa dipastikan, jika kaum muda diajak membaca (ngaji) kitab ini, pasti mereka akan terus berjuang untuk membangun bangsa untuk bersatu.
Ketika saya sedang ngaji (belajar), kitab ini. Saya tertarik dan tergelitik dengan satu kalimat yang membangitkan darah mudaku waktu itu. Saat itu pula semangat belajar dan berjuang tidak pernah mati hingga kini.
Kalimat itu sederhana, tetapi sangat menarik dan inspiatif. Dalam bahasa Indonesia, kira-kira kalimat nya beginiSesungguhnya ditangan kalian inilah masa depan umat ini, dan di telapak kaki kalian kehidupan umat, maka berlarilah seperti larinya seekor harimau yang pemberani. (Idhotun Nasiin: hlm 7).
Lihat saja, ketika Allah SWT menceritakan kisah para pemuda Ashabul Kahfi. Samapi-sampai kisah itu diabadikan di dalam Al-Quran, bahkan dijadikan surat khusus. Para pemuda itu berjuang mati-matian di dalam mempertahankan keyakinannya, sampai-sampai mereka akan diubuh. Tidak ada cara lain untuk menyelamatkan akidah dan keyakinanya, kecuali harus melarikan diri untuk menyelamatkan diri.
Allah SWT berfirman:ingatlah tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa, Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).QS Al-Kahfi (18:10-13)
Di dalam penjelasan lain, Allah SWT menjelaskan bagaimana para pemuda berjuang mambangun sebuah komunitas yang baik, postif, yang bertujuan selalu mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran. QS Ali Imran (3:110) yang artinya:Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Untuk menjadi umat yang terbaik, sekaligus menjadi pengikut setia Rosulullah SAW, harus selalu bergerak lincah, enerjik dalam berdakwah, baik melalui ceramah (lisan) maupun tulisan. Semangat juang dengan tidak kenal lelah, biasanya dimiliki oleh para pemuda. Para utusan Allah SWT, seperti, Nabi Ibrahim, Ismail, Dawud, Musa, Yusuf, mereka adalah para pemuda, pejuang sejati yang tidak pernah lelah di dalam menyuarakan kebaikan (maruf) dan mencegah kemungkaran.
Di dalam ayat di atas, ada tiga hal penting, sekaligus menjadi ciri khas umat Rosulullah SAW:
Pertama, pemuda yang selalu mengajak baik, dan menjadi contoh (teladan) dalam kehidupan sehari-hari. Mengajak berbuat baik, bisa melalui ceramah (dai), melalui mimbar jumat, telivisi, radio, atau penulis artikel, jurnal, riset, dan karya-karya yang bermanfaat.
Kedua, selalu mencegah segala sesuatu yang mengarah pada kemungkaran. Mencegah kemungkaran, jauh lebih sulit dari pada mengajak kebaikan. Ciri khas umat Rosulullah SAW, tak henti-henti menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Mencegah kemungkaran, berarti berusaha menyelamatkan orang lain, dan menyelamatkan dunia ini dari kerusakan yang lebih parah.
Ke-tiga, tujuan mengajak berbuat baik dan mencegah kemungkaran yaitu agar kembali beriman kepada Allah SWT. Orang yang ber-iman kepada Allah SWT, akan selalu berbuat baik kepada keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya. Ketika akan melakukan hal-hal yang merugikan diri dirinya dan orang lain, orang yang ber-iman, mereak selalu merasa dilihat dan dipantau oleh Allah SWT.
Ciri Khas Pejuang Sejati
Menyampaikan gagasan melalui tulisan atau lisan (ceramah) tentu saja harus menguasai bidang ilmu agama dengan baik, benar, sehingga tidak menyesatkan para pendengar dan pembaca. Yang tidak kalah pentingnya, yaitu didasari karena Allah SWT, dengan kata lain Ihlas, bukan karena popularitas, atau hanya sekedar kepuasan finansial (profit oriented dalam berdakwah). Karena sesungguhnya, sebaik-baik manusia yaitu, mereka yang bisa memberikan manfaat kepada sesama.Dalam filsafat nahwu (bahasa Arab) Dhommah itu selalu menjadi tandanya rofa. Dhommah itu artinya bersatu (berkumpul). Sebuah kesuksesan untuk mencapai derajat yang tinggi dan mulia, berarti harus kompak dan bersatu. Visi dan misi harus jelas selaras. Proporsional, sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Hakekat Sumpah Pemuda
Sumpah pemuda merupakan perjanjian suci antara pemuda-pemuda nusantara untuk mewujudkan cinta-cita. Pemuda-pemuda itu berkumpul, bersatu membangun ide dan gagasan cemerlang untuk melawan penjajahan Belanda melalui berbagai cara. Mulai dari politik, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.Untuk mewujudkan mimpi menjadi Negara Indonesia yang kuat dan berdaualt, tidak boleh melihat asal usul, etnis, dan keturunan. Nabi SAW bersama sahabatnya di Madinah, selalu besama-sama, bersatu, bahu membahu membangun peradapan baru. Kaum anshor dan muhajirin gandeng renteng saling menguatkan mewujudkan negeri madinah yang berdaulat. Dengan bersatu, ahirnya semua bisa diraih dengan mudah dalam waktu yang begitu cepat.
Sumpah Pemuda tidak jauh dengan apa yang dilakukan oleh Rosulullah SAW dan sahabat di Madinag. Hanya saja berbeda tempat dan tujuanya. Begitulah Sumpah Pemuda yang dihadiri oleh tokoh-tokoh penting negeri ini, yang kemudian melahirkan gagasan baru membangun Negara Indoensia yang bersatu dan berdaulat. Tanpa persatuan, tidak mungkin mewujudkan Negara Indonesia yang merdeka.
Sumpah pemuda menghasilkan gagasan baru yang harus ditaati, diantara hasil sumpah pemuda antara lain:
1-Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
2-Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3-Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Gagasan-gagasan yang berserakan dari pemuda-pemudah dengan latar belakang yang berbeda menyatu menjadi negeri Indonesia. Jika melihat potret negeri Indonesia ini, tergambar jelas penjelasan Al-Quran yang artinya:Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal (QS Al-Hujurat (49:13). Salah satu tujuan Allah SWT menciptakan manusia yaitu saling mengenal (Al-Taarafu).
Peranan Ulama Nusantara di Tanah Dalam Membangun Negeri Indonesia
Bangsa Indonesia menjadi besar, kuat, tidak lepas dari bersatunya para pemuda dari berbagai suku dan etnis. Selama bertahun-tahun di bawah tindasan penjajah, ahirnya mereka berusaha saling mengenal, saling memahami, saling membantu, toleransi. Sumpah Pemuda adalah wasilah (media) menyatukan antara etnis, suku, bahasa menjadi bangsa Indonesia. Kesepakatan itu ahirnya dideklarasikan pada tanggal 28 oktober 1928. Yang menarik ialah, semua sepakat mengunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, sekaligus identitas baru sebagai bangsa Indonesia yang merdeka.
Sejak beradab-abad, sebelum menyatu menjadi satu bangsa, satu tanah air, satu bangsa. Masyarakat nusantara sudah dipesatukan di tanah suci Makkah. Mereka setiap tahun berkumpul dikota suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Sebagian dari mereka tidak kembali ke tanah air, karena ingin mendalami ilmu agama di tanah suci Makkah. Dalam catatan sejarah, sebagian besar Imam dan pengajar (masyayih) di Masjidilharam dan masjid Nabawi berdarah nusantara.
Dalam buku Ulama Tanah Haram : Kiprah Ulama Nusantara Di Tanah Suci, karya Abdul Adzim Irsad dijelaskan bagaimana kiprah ulama Nusantara di dalam membangun, membangkitkan semangat para pejuang Indonesia yang sedang menunaikan ibadah haji. Sepulang dari Makkah dan Madinah, mereka turut berjuang melawan Belanda, baik melaulu mimbar (ceramah/khutbah), tulisan, dengan tujuan menyatukan visi dan misi sebagai bangsa yang berketuhanan yang masa esa.
Sementara wilayah atau tanah air nusantara yang membentang dari sabang sampai merauke masih belum dapat diklaim sebagai wilayah Indonesia. Sebab, sebagian masih dalam jajahan Belanda. Aceh, Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Maluku, Ambon, Jawa, Bali, NTT, Papua, masih dalam pergolakan.
Dari masa-kemasa, nusantara melahirikan ulama-ulama besar yang menjadi imam dan guru besar di Masjidilharam. Setiap ulama dan intelektual selalu melekat nama asal usulnya. Syamsuddin As-Sumtrani, Abdurrauf Al-Singkili, Yusuf Al Makkasari, Arshad Al-Banjari, Syekh Mahfudz Al-Turmusi (Pacitan), Syekh Yasin Al-Fadani, Syekh Abdul Fattah Rowah (Aceh), Syekh Abdurahman Al-Falanbani, Syekh Abdul Kadir Al-Mandili (Mandailing), Syekh Nawawi Al-Bantani. Mereka para pemuda nusantara yang berjuang melalui tulisan, lisan, bahkan Syekh Yusuf Al-Makasari ikut berperang melawan penjajahan Belanda.
Para ulama itu walaupun sebagian besar tinggal dan bermukim di Makkah, mereka tetap memberikan wejangan-wejangan kepada para jamaah haji Indonesia selama berada di Makkah. Lagi-lagi, bahasa melayu (Indonesia) menjadi bahasa pemersatu jamaah haji asal nusantara ini di kota suci Makkah.
Bahasa yang satu ditambah lagi, dengan nasib yang sama, yaitu di bawah penjajah Belanda yang kejam, dan memaksak masyarakat Nusantara untuk memeluk agama lain. Dari situ, maka muncullah emosi yang sama di kalangan anak bangsa dari berbagai wilayah nusantara, kemudian muncul Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang nota bene merupakan keinginan bersama mewujudkan memperjuangkan satu Negara, satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air Indonesia.
Jika semangat sumpah pemuda dibangun lagi, dengan kesadaran yang tinggi, menyatukan niat untuk memperbaiki gerenasi bangsa. Maka, Indonesia akan menjadi Negara besar, kuat yang disegani oleh tetangganya. Bangga dengan kebesaran, kekuatan, akan menjadi tidak ada artinya, jika tidak bersatu. Persis dengan filsafat bahasa Arab, untuk memperolah derajat yang tinggi (rafa) harus bersatu (dhommah). Untuk itulah fail (pelaku) selalu dibaca rafa (tinggi), karena mereka selalu bersatu mewujudkan cita-cita yang mulia.