menurut Prof. Dr. Amir Syarifuddin dalam Garis-Garis Besar Fiqh (2003: 20-21) beliau mendefinisikan shalat dalam 2 pandangan yaitu pandangan etimologi dan pandangan terminologi.
Untuk pandangan etimologi ada beberapa arti shalat diantaranya:
"Dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka".
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi".
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa".
Kata taqwa di sini berarti orang-orang yang melakukan shalat, karena tatkala mencapai puncaknya, hal ini menjadi penyebab rezeki.
Untuk pandangan terminology
- do’a
"Dan berdo’alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka".
- Memberi berkah
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi".
- Takwa (Thaha)
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa".
Kata taqwa di sini berarti orang-orang yang melakukan shalat, karena tatkala mencapai puncaknya, hal ini menjadi penyebab rezeki.
Untuk pandangan terminology
shalat merupakan serangkaian perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan di sudahi dengan salam (Syarifuddin, 2003: 21)
Banyak sekali ayat-ayat Al'Quran yang menunjukkan perintah untuk mendirikan shalat baik dalam lafadz fi’il ‘amar seperti dalam Q.S. Thaha ayat 14:
"Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku".
Selain itu ada juga yang memakai lam ‘amar seperti dalam Q.S. Ibrahim ayat 37:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Banyak sekali ayat-ayat Al'Quran yang menunjukkan perintah untuk mendirikan shalat baik dalam lafadz fi’il ‘amar seperti dalam Q.S. Thaha ayat 14:
"Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku".
Selain itu ada juga yang memakai lam ‘amar seperti dalam Q.S. Ibrahim ayat 37:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Banyak celaan dan ancaman yang diberikan Allah kepada orang-orang yang meninggalkan atau melalaikan shalat, diantaranya dalam Q.S. Al-Maidah ayat 4:
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat",
Q.S. Al-Maidah ayat 5:
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat",
Q.S. Al-Maidah ayat 5:
(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.
Demikianlah ringkasan penjelasan rukun islam kedua atau penjelasan mendirikan shalat,untuk lebih banyak pembahasan shalat silahkan membaca Arti Shalat Dan Uraian Singkatnya